Minggu, 17 Maret 2013


PELAJARAN KE DUA
 ISTIHADHAH


Pengertian istihadhoh secara etimologi (bahasa) adalah mengalir, dan secara terminologi (istilah syar’i) adalah darah yang keluar bukan pada masa haidl atau nifas, atau juga disebut  sebagai darah penyakit atau darah kotor (fasad) yang keluar dari farji wanita yang tidak sesuai dengan ketentuan haidl dan nifas[1].

Sifat dan warna darah
            Dalam pembahasan istihadhah kali ini, kita harus mengetahui terlebih dahulu sedetail mungkin kuat dan lemahnya darah.
            Kuat dan lemahnya darah tergantung oleh warna dan sifat darah sebagai berikut[2]:

Warna darah :
  1. Hitam
2.      Merah
3.      Merah kekuning-kuningan     
4.      Kuning
5.      Keruh

Sifat darah:
1.      A. kental             B. cair
  1. A. kental anyir    B. tidak berbau
Warna nomer 1, Lebih kuat dari pada nomer 2, dan warna nomer2 lebih kuat dari pada nomer 3, begitu seterusnya. Jika kedua darah sama-sama memiliki sifat/warna yang mendorong kearah kuat maka yang dihukumi darah kuat adalah darah yang lebih banyak ciri-ciri yang mendorong ke arah kuat.
Contoh:
1.      Darah hitam, kental, berbau anyir, lebih kuat dibanding darah hitam, kental, tidak berbau anyir.
2.      Darah hitam, kental, anyir, lebih kuat dibanding darah hitam, cair, anyir.
3.      Darah hitam, kental, berbau/anyir, lebih kuat dibanding darah merah, kental anyir.

Pembagian mustahadloh  serta puasa dan sholat yang harus di qodlo’
            Wanita yang mengalami istihadlah atau mustahadhoh terbagi menjadi 7 golongan:

01. MUSTAHADLOH MUBTADIAH MUMAYYIZAH.
Yaitu wanita yang belum pernah mengalami haidl ia kemudian mengeluarkan darah melebihi dari 15 hari 15 malam dan darah bisa di bedakan antara warna dan sifatnya dan memenuhi 3 syarat mumayyizah diantara syarat-syarat tersebut adalah [3]:
1)      Darah kuat mencapai 24 jam (masa minimal haidl)
2)      Darah kuat tidak melebihi 15 hari 15 malam (masa maksimal haidl)
3)      Darah lemah tidak kurang dari 15 hari 15 malam dan keluar secara terus menerus terletak pula diantara dua darah kuat. Syarat ketiga ini diberlakukan jika ada darah yang kuat yang sama dengan darah pertama  keluar lagi, sebab syarat ini hanya untuk menentukan darah kuat yang kedua dihukumi haidl (bukan untuk menentukan haidl  pada hari pertama). Dan masa keluar darah lemah dihukumi sebagai masa pemisah di antara dua haidl . Sedangkan jika tidak ada darah kuat kedua maka syarat ketiga ini tidak diberlakukan (wanita seperti ini masih dihukumi mumayyizah dengan hanya membutuhakan syarat 1 dan 2 saja)[4].
Untuk penentuan hukumnya sebagai berikut:
Darah kuat                : haidl
Darah lemah              : istihadhah
Contoh 1 :
Seorang wanita yang belum pernah mengalami haidl mengelurkan darah sebagai berikut:
DARAH KUAT
1  2  3  4  5 
DARAH LEMAH
6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30
Maka   :  (5  10/m  15)            : 5 hari haidl , 25 hari  Istihadhoh
                t    t       a

Keterangan:
Ø  5 hari pertama wajib tarobbush (t), karena masih dalam rangkaian 15 pertama.
Ø  10 hari berikutnya tetap wajib tarobbush (t), atau menjauhi hal-hal yang diharamkan bagi perempuan haidl seperti sholat, puasa,membawa dan membaca alquran dll. Walaupun warna dan sifatnya lebih lemah, setelah genap 15 hari (terhitung sejak keluar darah  pertama kali) ternyata darah belum berhenti, maka ia berarti mengalami istihadlah, sedangkan yang dihukumi haidl  adalah darah kuat saja (5 hari pertama), oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi (/m), dan selanjutnya wajib melaksanakan ibadah  sebagaimana wanita yang mengalami istihadhah. Dan ibadah wajib yang ditinggalkan  selama masatarobbush (t) selain yang dihukumi haidl (5 hari pertama) wajib diqodlo’ yaitu 10 hari
Ø  15 hari selanjutnya termasuk darah istihadlah. Oleh sebab itu tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ atau melaksanakan ibadah layaknya wanita yang tidak mengerluarkan darah, karna yang namanya darah istihadhoh hukumnya suci.
Contoh2 :
Seorang mubtadi’ah mumayyizah mengeluarkan darah sebagai berikut:
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
DARAH LEMAH
11 12 13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26
DARAH KUAT
 27  28  29  30  1  2  3  4  5  6
Maka   : (10  5/m  11   10)      : 15 hari haidl, 10 hari istihadhoh,
                t    t       a     t

Keterangan :
·         10 hari pertama tarobbush (t).
·         5 hari selanjutnya tetap wajib tarobbush (t), karena masih ada kemungkinan dikatakan darah haidl. Setelah genap 15 hari darah belum berhenti, maka ia mengalami istihadhah dan yang dihukumi haidl adalah darah kuat saja (10 hari pertama). Oleh sebab itu setelah genap 15 hari, wajib mandi dan selanjutnya  wajib menjalankan ibadah seperti biasa, dan ibadah wajib yang ditinggalkan selama tarobbush selain 10 hari pertama darah kuat (haidl) wajib diqodlo’.
·         11 hari selanjutnya (tanggal 16-26) termasuk darah istihadlah sehingga wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).
·         10 hari selanjutnya wajib tarobbush lagi dan hukumnya darah haidl. Ketika keluar darah melebihi 15 hari dan darah bisa dibedakan  maka yang dihukumi darah  haidladalah darah kuat, sedangkan darah lemah dihukumi darah istihadhah, Oleh sebab itu kalau masih mengelurkan darah lemah maka tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ dan di saat darah lemah mencapai 15 hari kemudian keluar darah kuat, maka darah kuat tersebut masih kemungkinan haidl sehingga saat keluar darah kuat maka wajib tarobbush dan setelah darah berhenti maka wajib mandi (/m).

Bagi mustahadloh mubtadiah mumayyizah mempunyai ketetapan hukum yaitu darah kuat hukumnya haidl, darah lemah hukumnya istihadhah, jika darah yang keluar mempunyai dua tingkatan, yaitu darah kuat dan darah lemah. Namun apabila darah yang keluar ada 3 tingkatan yaitu kuat, lemah dan lebih lemah maka darah kuat dan darah lemah dihukumi haidl apabila memenuhi 3 syarat, yaitu :
1.      Darah kuat keluar terlebih dahulu
2.      Antara darah kuat dan darah lemah bersambung (tidak terputus)
3.      Jumlah darah kuat dan darah lemah tidak melebihi 15 hari 15 malam.

Contoh 3:
Mubtadiah mumayyizah mengeluarkan darah sebagai berikut:
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
DARAH LEMAH
11 12 13  14  15
DARAH LEBIH LEMAH
16  17  18  19  20  21  22  23  24  25
Maka   : (10  5   10)    : 15 hari haidl, 10 hari istihadhoh,
                t    t    a

Keterangan:
·         10 hari pertama wajib tarobbush (t).
·         5 hari selanjutnya wajib tarobbush (t) .karena masih dalam rangkaian 15 hari awal masih ada kemungkinan darah haidl . Dan ketika hari ke 16 keluar darah yang warna dan sifatnya lebih lemah, maka berarti yang dihukumi haidl  adalah darah lemah dan kuat saja, dan darah yang lebih lemah hukumnya istihadhoh. Oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi ( /m) dan selanjutnya wajib melakukan ibadah secara ada’ (a). Dengan demikian tidak mempunyai hutang sholat.
·         10 hari selanjutnya hukumnya darah istihadhoh. Oleh sebab itu wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).

Dan apabila mengeluarkan darah 3 tingkatan (kuat, lemah, lebih lemah) namun tidak memenuhi 3 syarat diatas, maka yang dihukumi haidl adalah darah kuat saja, sedangkan darah lemah dan lebih lemah dihukumi darah istihadhah.
  1. Contoh yang tidak memenuhi syarat pertama
Mubtadiah mengeluarkan darah sebagai berikut:
DARAH LEMAH
1  2  3  4  5  6  7
DARAH KUAT
8  9  10  11  12 13  14
DARAHLEBIH LEMAH
15  16  17  18  19  20  21
Maka   : (7  7  1/m  6) : 7 hari haidl, 14 hari istihadhoh.
   t   t  t        a

Keterangan:
  • 7 hari pertama wajib tarobbush (t).
  • 7 hari selanjutnya wajib tarobbush (t).
  • 1 hari selanjutnya wajib tarobbush (t).Karena masih dalam rangkaian 15 hari, sehingga masih kemungkinan dikatakan darah haidl, setelah genap 15 hari, darah belum berhenti, maka ia mengalami istihadhah, oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi(/m), dan selanjutnya wajib melaksanakan ibadah sebagai wanita yang mengalami istihadhah dan ibadah wajib yang ditinggalkan selama masa tarobbush selain yang dihukumi haidl (7 HARI) wajib diqodlo’ yaitu 7 hari (tanggal 1-7).
  • 6 hari selanjutnya termasuk darah istihadlah. Oleh sebab itu wajib melaksanakan ibadah secara ada’ (a).

  1. Contoh yang tidak memenuhi syarat ke dua
Mubtadiah mengeluarkan darah sebagai berikut:
DARAH KUAT
1  2  3  4  5 
DARAH LEBIH LEMAH
6  7  8  9  10  11  12  13  14  15
DARAH LEMAH
16  17  18  19  20  21   22  23  24  25
Maka   : (5  10/m  10) : 5 hari  haidl, 20 hari istihadhoh.
              t    t         a

Keterangan:
  • 5 hari pertama wajib tarobbush (t).
  • 10 hari pertama wajib tarobbush (t), setelah genap 15 hari darah belum berhenti maka dia mengalami istihadhah, karena tidak memenuhi syarat maka yang dihukumi darah haidl  adalah darah kuat saja, oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi (/m) dan selanjutnya wajib melaksanakan ibadah secara ada’ dan ibadah wajib yang ditinggalkan selama masa tarobbush  selain yang dihukumi haidl (5 hari) wajib diqodlo’ yaitu 10 hari.
  • 10 hari selanjutnya termasuk darah istihadhah, sehingga wajib melaksanakan ibadah secara ada’(a).


  1. Contoh yang tidak memenuhi syarat ke tiga
Mubtadiah mengeluarkan darah sebagai berikut:
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
DARAH LEMAH
11  12  13  14  15  16  17  18  19  20
DARAH LEBIH LEMAH
21  22  23  24  25  26  27  28  29  30
Maka   : (10  5/m  5  10)         : 10 hari  haidl, 20 hari istihadhoh.
                t    t       a   a

Keterangan:
·         10 hari pertama wajib tarobbush (t).
·         5 hari selanjutnya wajib tarobbush (t), karena masih dalam rangkaian 15 hari, sehingga dimungkinkan dikatakan darah haidl, setelah genap 15 hari darah belum berhenti, maka dia mengalami istihadhah sedangkan yang dihukumi darah haidl adalah darah kuat saja. Oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi (/m), dan selanjutnya wajib menjalankan ibadah secara ada’ dan Ibadah yang ditinggalkan selama masa tarobbush, selain masa (10 hari pertama) wajib diqodio’ yaitu 5 hari.
·         5 hari selanjutnya termasuk darah istihadhah, oleh sebab itu wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).
·         10 hari selanjutnya termasuk istihadhah. Ketika hari ke21 mengeluarkan darah yang warna dan sifatnya lebih lemah maka tidak ada perubahan hukum, dengan demikian mustahadhoh wajib melaksanakan ibadahnya secara ada (a)’.

02. MUSTAHADHOH MUBTADIAH GHAIRU MUMAYYIZAH.
            Yaitu wanita yang belum pernah mengalami haidl, dan mengeluarkan darah  melebihi batas maksimal haidl (15 hari 15 malam), dan darahnya tidak bisa dibedakan (warna dan sifatnya sama) atau darah bisa dibedakan namun tidak memenuhi 3 syarat mumayyizah.
            Sedangkan penentuan hukum darahnya adalah sehari semalam awal dihukumi haidl dan 29 hari selanjutnya dihukumi istihadhah untuk tiap bulannya. Hal ini kalau dia ingat betul kapan ia mulai  mengeluarkan darah. Apabila tidak ingat maka ia tergolong mustahadhoh mutahayyiroh yang keterangannya akan dijelaskan nanti[5].

Ø  Contoh darah yang tidak bisa dibedakan
Seorang  mubtadiah mengelurkan darah sebagai berikut:
Darah dengan satu warna dan satu sifat
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30
Maka   : (15/m  15)                 : 1 hari haidl, 29 hari istihadhoh.
    t         a

Keterangan:
·         15 hari pertama wajib tarobbush (t)
·         15 hari awal ada kemungkinan darah haidl, setelah genap 15  darah belum berhenti maka ia mengalami istihadhah. Bagi mustahadhoh yang belum pernah mengalami haidl dan darah tidak bisa dibedakan maka yang dihukumi haidl hanya  satu hari pertama selebihnya dihukumiistihadhah,  oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi dan selanjutnya melaksanakan ibadah secara ada’ dan ibadah wajib yang ditinggalkan selain 1 hari 1 malam wajib diqodlo’ yaitu 14 hari.
·         15 selanjutnya dikatakan istihadhah oleh sebab itu ia tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’.

Ø  Contoh darah yang tidak mencapai 24 jam.
Seorang wanita yang belum pernah mengalami, mengeluarkan darah sebagai berikut :
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  JAM
DARAH LEMAH
2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  23  24  25  26  27  28
Maka   : (23 jam    14 hari   1 jam/m       15)    : 1 hari haidl, 29 hari istihadhoh.
                   t                t              a

Keterangan :
·         23 jam pertama wajib tarobbush (t)
·         14 hari lebih 1 jam selanjutnya tetap wajib tarobush (t). setelah genap 15 hari ternyata darah belum berhenti, maka berarti ia mengalami istihadhoh. Karena tidak menetapi salah satu syarat mumayyizah, maka yang dihukumi haidl adalah 1 hari 1 malampertama. Oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi ( /m), dan selanjutya wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a) sedangkan untuk. sholat fardlu yang ia tinggalkan selama 14 hari wajib di qodlo’.
·         15 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh, oleh sebab itu tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).

Ø  Contoh darah kuat yang melebihi 15 hari.
Seorang wanita yang belum pernah mengalami haidl, mengeluarkan darah sebagai berikut :
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16 
DARAH LEMAH
17  18  19  20   21  22  23  24  25  26  27  28  29  30 
Maka   : (15/m  1       14)                    : 1 hari haidl, 29 hari istihadhoh.
                t       a         a

Keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobush (t). setelah genap 15 hari darah belum berhenti, maka berarti mengalami istihadhoh. Karena tidak menetapi 3syarat mumayyizah, maka yang dihukumi haidl  hanya sehari semalam pertama. Oleh karena itu setelah genap 15 hari wajib mandi ( /m), dan sholat yang wajib di qodlo’ ada 14 hari.
·         1 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh, maka tetap menjalankanibadah secara ada’ (a).
·         14 hari selanjutnya juga termasuk darah istihadhoh.


Ø  Contoh darah lemah kurang dari 15 hari.
Seorang wanita yang belum pernah mengalami haidl, mengeluarkan darah sebagai berikut :
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10
DARAH LEMAH
11 12 13  14  15  16  17  18  19  20
DARAH KUAT
 21  22  23  24  25  26  27  28  29  30
Maka   : (10   5/m  5    10)      : 1 hari haidl, 29 hari istihadhoh.
                t      t      a     a

Keterangan :
·         10 hari pertama wajib tarobush (t)
·         5 hari selanjutnya juga tetap wajib tarobush. Setelah genap 15 hari darah belum berhenti, maka berarti mengalami istihadhoh. Oleh sebab itu wajib mandidan selanjutnya menjalankan ibadah secara ada’ (a), kesimpulan sementara darah kuat hukumnya haidl dan darah lemah hukumnya istihadhoh,
·         5 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh, tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’(a)
·         10 hari selanjutnya juga termasuk darah istihadhoh. Ketika hari ke  21 mulai mengeluarkan darah yang warna dan sifatnya sama dengan darah pertama ( sebelum darah lemah ) maka kesimpulan sementara bahwa darah kuat hukumnya haidl  dan darah lemah hukumnya istihadhoh itu tidak benar, sebab tidak mungkin menetapakkan suci yang memisah antara dua haidl hanya 10 hari, lebih tidak mungkin lagi menetapkan  hanya 10 hari pertama atau 30 hari. Yang benar, mustahadloh termasuk golongan mubtadi’ah ghoiru mumayyizah nya hanya sehari semalam pertama dan 29 hari selanjutnya hukumnya darah istihadhoh. Oleh sebab itu saat keluar darah kuat pada hari ke 21 tidak perlu tarobbush, bahkan tetap menjalankan ibadah secara ada’. Dan secara keseluruhan sholat fardlu yang wajib di qodlo’ jumlahnya 14 hari.

Waktu bersuci mubtadi’ah  ghairu mumayyizah
          Bagi mubtadi’ah ghairu mumayyizah pada bulan pertama dia diwajibkan mandi setelah melebihi 15 hari, karena sebelum melewati tanggal 15, kita tidak dapat menghukumi darah istihadlah, kemudian dia diwajibkan mengqodlo’ shalatnya mulai dari hari ke 2 sampai hari ke 15. Dan untuk bulan 2 dan selanjutnya, jika masih istihadhoh dan sama sifatnya maka wajib baginya mandi setelah darah yang keluar genap sehari semalam.

03. MUSTAHADLOH MU’TADAH MUMAYIZAH.
          Yaitu wanita yang sudah pernah mengalami haiddan suci, kemudian ia mengeluarkan darah melebihi batas maksimal ( 15 hari 15 malam ). Serta darah yang keluar dapat di bedakan antara yang kuat dan yang lemah dan memenuhi syarat-syarat mubtadi’ah mumayyizah.
          Mengenai hukumnya adalah sebagaimana mubtadiah mumayyizah.Yaitu darah kuat dihukumi haidl  dan darah lemah dihukumi istihadhoh, begitu pula masalah mandinya[6].
Contoh1 :
Seorang wanita yang sudah pernah mengalami haidl, mengeluarkan darah sebagai berikut :
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12 
DARAH LEMAH
13  14  15  16  17  18  19  20   21  22  23  24  25  26  27  28  29  30 
Maka   : (12   3/m   15)                       : 12 hari haidl, 18 hari istihadhoh,
                t     t         a

Keterangan :
·         12 hari pertama wajib tarobbush (t) atau menjauhi hal-hal yang diharamkan bagi wanita yang sedang mengalami. Karena darah yang keluar dalam 15 hari awal ada kemungkinan haidl.
·         3 hari selanjutnya tetap wajib tarobbush (t). Dan setelah genap 15 hari darah belum berhenti, berarti ia mengalami istihadhoh, karena darah bisa dibedakan antara darah kuat dan lemah serta memenuhi syarat-syaratnya. Maka yang dihukumi haidl  adalah darah kuat, dan darah lemah hukumnya istihadhoh, oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi ( /m),  dan selanjutnya wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a). Dan ibadah  fardlu  yang ditinggalkan selama masa tarobbush (t) selain yang di hukumi  haidl wajib di qodlo’,  yaitu 3 hari.
·         I5 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh, oleh sebab itu tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).

Contoh 2:
Seorang wanita yang sudah pernah mengalami haidl, mengeluarkan darah sebagai berikut :
DARAH LEMAH
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10 
DARAH KUAT
11  1213  14  15  16  17  18  19  20   21  22 
DARAH LEMAH
23  24  25  26  27  28  29  30  1  2
Maka   : (10   12/m   10)                     : 12 hari haidl, 20 hari istihadhoh.
                t      t         a
Keterangan :
·    10 hari pertama wajib tarobbush (t)
·    12 hari selanjutnya tetap wajib tarobbush (t). Setelah genap 15 hari darah belum berhenti, maka berarti ia mengalami istihadhoh. Karena darah kuatkeluar setelah darah lemah, maka masa tarobbush 15 hari, terhitung sejak keluarnya darah kuat. Oleh sebab itu pada akhir hari ke 15 (penghitunganya sejak keluarnya darah) tidak perlu mandi wajib. Melainkan ia wajib mandi setelah darah kuat berganti darah lemah,). Karena darah bisa di bedakan dan menetapi syarat-syarat mumayyizah, maka darah kuat hukumnya haidl  dan darah lemah hukumnya istihadhoh. Sedangkan sholat fardlu yang ditinggalkan selama masa tarobbush selain yang dihukumi haidl (12 hari) wajib di qodlo’. Yaitu 10 hari.
·    10 hari selanjutnya hukumnya darah istihadhoh, oleh sebab itu tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).

          Jika mustahadloh keluar darah 2 tingkatan, yaitu darah kuat dan lemah, serta menetapi syarat-syaratnya, maka darah kuat hukumnya haidl dan darah lemah hukumnya istihadhoh. Namun apabila darah yang keluar 3 tingkatan, yaitu darah kuat, darah lemah dan darah lebih lemah, maka darah kuat dan darah lemah dihukumi haidl apabila menetapi 3 syarat dibawah ini :
  1. Darah kuat keluar terlebih dahulu
  2. Antara darah kuat dan lemah bersambung (tidak terputus)
  3. Jumlah darah kuat dan darah lemah tidak melebihi 15 hari 15 malam.
Contoh :
Seorang wanita mempunyai adat haidl 9 hari dan suci 21 hari, mengeluarkan darah sebagai berikut :
DARAH KUAT
1  2  3  4  5 
DARAH LEMAH
6  7  8  9  10 
DARAH LEBIH LEMAH
11  1213  14  15  16  17  18  19  20   21  22  21  22  23  24  25  26  27  28  29  30
Maka   : (5  5  5/m  15)                       : 10 hari haidl, 20 hari istihadhoh.
               t   t   t        a
Keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobbush (t), karena darah yang keluar pada 15 awal ada kemungkinan haidl, walaupun warna dan sifatnya berbeda-beda, setelah genap 15 hari darahbelum berhenti, maka berarti ia mengalami istihadhoh,sedangkan yag dihukumi  haidl adalah darah kuat dan lemah, karena setelah hari ke 15 darah berubah lagi menjadi yang lebih lemah. Oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi ( /m) dan selanjutnya wajib menjalankanibadah secara ada’(a). Dan sholat fardlu yang ditinggalkan selama masa tarobbush selain yang dihukumi haidl wajib di qodlo’, yaitu 5 hari (tanggal 11-15).
·         15 hari selanjutnya (tanggal 16-30) termasuk darah istihadhoh, oleh sebab itu tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’(a).

            Jika tidak menetapi 3 syarat diatas, maka yang dihukumi haidl adalah darah kuat saja, sedangkan darah lemah dan darah lebih lemah hukumnya istihadhoh.

Contoh :
Seorang wanita mempunyai adat haidl 6 hari dan suci 24 hari, mengeluarkan darah sebagai berikut :
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10 
DARAHLEBIH LEMAH
11  1213  14  15  16  17  18  19  20  
DARAH LEMAH
21  22  23  24  25  26  27  28  29  30 
Maka   : (10  5/m  5   10)                    : 10 hari haidl, 20 hari istihadhoh.
               t     t       a    a

Keterangan :
·         10 hari pertama wajib tarobbush (t).
·         5 hari selanjutnya tetap wajib tarobbush (t). Karenadarah  keluar pada masa15 hari awal ada kemungkinkan dihukumi haidl, setelah genap 15 haridarah belum berhenti, maka berarti ia mengalami istihadhoh. Sedangkan yang dihukumi  haidl hanyalah darah kuat saja, oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi dan selanjutnya menjalankan ibadah secara ada’(a). Dan sholat fardlu yang ditinggalkan selama masa tarobbush (t) selain yang dihukumi  wajib di qodlo’, yaitu 5 hari.
·         5 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh.
·         10 hari selanjutnya juga termasuk darah istihadhoh. Ketika hari ke 21, keluar darah yang warna dan sifatnya lebih lemah di banding darah sebelumnya (kuat dan lebih lemah), maka hukumnya tidak berubah, yaitu darah kuat haidllalu darah lemah dan lebih lemah istihadhoh. Oleh sebab itu hari ke 21 dan seterusnya tetap menjalankan ibadah secara ada’(a).
          Untuk bulan pertama istihadhoh, mandi wajib dan masa tarobbusnya wanita yang mengalami mu’tadah mumayyizah menanti sampai genap 15 hari.Kemudian wajib mengqodlo’sholat fardlu yang ditinggalkan selama masa tarobbush selain yang dihukumi haidl. Sedangkan untuk bulan kedua, ketiga dan seterusnya selama masih mengalami istihadhoh, maka wajib mandi dan menjalankan ibadah secara ada’(sholat pada waktunya) ketika ada perubahan darah kuat ke lemah. Dengan demikian untuk bulan-bulan itu ia tidak mempunyai hutang sholat.

CATATAN :
          Bagi wanita yang pernah mengalami haidl  (punya adat ) apabila darah bisa di bedakan dan menetapi 3 syarat mumayyizah, maka darah kuat hukumya haidl  dan darah lemah hukumnya istihadhoh. Dan tidak menggunakan adat haidl sebelumnya sebagai standart  saat istihadhoh, karena ada qaidah fiqh yang mengatakanhukum perbedaan darah lebih kuat daripada hukum kebiasaan,kecuali apabila antara lamanya adatdan perbedaan darah (darah kuat) ada jarak yang memisah paling sedikit 15 hari 15 malam. Jika diantaranya terdapat jarak paling sedikit 15 hari 15 malam, maka hukumnya adalah :
Darah lemah sesuai adapt  :   haidl
Masa diantaranya               :   suci (tarobbush)
Darah kuat                          :   haidl

Contoh :
Seorang wanita mempunyai adat haidl 3 hari dan adat suci 23 hari mengalami istihadhoh dengan formasi sebagai berikut :
DARAH LEMAH
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  1213  14  15  16  17  18  19 
DARAH KUAT
20   21  22 
Maka   : (15/m   4    3/m)                    : 6 hari haidl, 16 hari istihadhoh.
                t         a    t

Keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobbush (t), karena darah yang keluar pada 15 hari awal ada kemungkinan haidl, walaupun kebiasaan haidlnya 3 hari. Setelah genap 15 haridarah belum berhenti, maka berarti mengalami isthadloh, karena darah tidak bisa dibedakan, maka kesimpulan sementara haidlnya dengan adat,  yaitu 3 hari. Oleh sebab itusetelah genap 15 hariwajib mandi ( /m) dan selanjutnya menjalankan ibadah secara ada’(a). Sedangkan sholat fardlu yang ditinggalkan selain yang dihukumi  wajib di qodlo’ yaitu 12 hari.

·         4 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh.
·         3 hari selanjutnya tetap wajib tarobbush. yaitu hari ke 20,21,22 keluar darah yang warna dan sifatnya lebih kuat, maka darah kuat tersebut lebih berkemungkinan untuk dihukumi haidl . Namun jika 3 hari pertama dihukumi haidl  kemudian darah kuat juga dihukumi haidl, ada jarak 16 hari yamg memisahkan yang bisa dihukumi masa suci, maka 3 hari pertamahukumnya haidl  (sesuai adat), 16 hari selanjutnya suci (istihadhoh) dan 3 hari terakhir juga haidl . Oleh sebab itu setelah darah berhenti maka wajib mandi ( /m).


04.     MUSTAHADLOH MU’TADAH GHOIRU MUMAYYIZAH DZAKIROH LI ÁDATIHA QODRON WA WAQTAN.
            Yaitu wanita yang sudah pernah mengalami haidl, mengeluarkan darah lebih dari 15 hari 15 malam, darah tidak bisa di bedakan (warna dan sifatnya sama) atau darah bisa dibedakan namun tidak menetapi 3 syarat mumayyizah, dan wanita tersebut ingat lamanya (ukuran) dan mulainya  dan suci yang menjadi kebiasaan (adat).
Hukumnya : Haidl dan sucinya disamakan dengan adat atau kebiasaan.
            Maksud dari adat adalah kebiasaan haidl yang pernah dialami sebelum istihadhoh, baik sekali, dua kali  atau sudah berulang kali (tidak disyaratkan harus berulang-ulang)[7].
            Sedangkan cara menggunakan adat haidl maupun adat suci sebagai standart haidl dan suci saat istihadhoh di perinci sebagai berikut :

  1. Adat haidl  tidak berubah-ubah. (tetap)
            Apabila adat haidl dan suci sebelum mengalami istihadhoh tidak berubah-ubah (tetap), maka haidl dan sucinya disamakan dengan adat tersebut dengan tetap, atau adat yang dijadikan acuan cukup satu kali haidl, tidak disyaratkan berulang-ulang.

Contoh1 :
Seorang wanita yang mempunyai adat haidl 7 hari dan suci 23 hari, mengalami istihadhoh sebagai berikut :
Darah dengan satu warna dan satu sifat
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  1213  14  15  16  17  18  19  20   21  22  23  24  25  26  27  28  29  30 
Maka   : (15/m  15)                             : 7 hari haidl, 23 istihadhoh.
                t         a

keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobbush (t), karena darah yang keluar pada masa 15 hari awal ada kemungkinan haidl. Setelah genap 15 hari darah belum berhenti, maka berarti ia mengalami istihadhoh. Karenadarah tidak bisa di bedakan serta sudah mempunyai adat haidl dan suci, maka haidl dan  sucinya disamakan dengan adat tersebut. Dengan demikian setelah genap 15 hari wajib mandi ( /m) dan selanjutnya menjalankan ibadah secara ada’ (a), sedangkan sholat fardlu yang ditinggalkan dalammasa tarobbush (t) selain yang dihukumi haidl yaitu 7 hari pertama, wajib di qodlo’ yaitu 8 hari.
·         15 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh, oleh sebab itu tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’(a).

Contoh 2 :
Seorang wanita mempunyai adat haidl 5 hari dan suci 25 hari, mengalami istihadhoh sebagai berikut :
DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  1213  14  15  16  17  18  19 20 
DARAH LEMAH
21  22  23  24  25  26  27  28  29  30 
Maka   : (15/m  5   10)            : 5 hari  haidl, 25 hari istihadhoh.
                t        a    a
                                                 
Keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobbush (t), setelah genap 15 hari darah belum berhenti maka berarti ia mengalami istihadhoh, oleh sebab itu wajib mandi. Sedangkan  haidl dan sucinya disamakan dengan adat. Dan sholat fardlu yang ditinggalkan selama masa tarobbush (t) selain yang dihukumi  haidl (5 hari pertama) wajib di qodlo’ yaitu 10 hari.
·         15 hari ( 5 dan 10 ) selanjutnya wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a), karena termasuk darah istihadhoh.


  1. Adat haidl berubah-ubah (tidak tetap)
          Jika adat haidlnya berubah-ubah, maka jika perubahan adat tersebut berjalan secara teratur (runtut) selama minimal 2 kali putaran, dan ia ingat betul lama masa perputaran adatnya, maka haidlnya disesuaikan dengan masa putaran itu dengan perincian sebagai berikut [8]:

  1.  Adat mencapai  2 putaran atau lebih :
a.      Jika perubahan adat tersebut berjalan secara teratur (runtut) selama minimal 2 kali putaran, dan ia ingat betul lama masa perputaran adatnya, maka haidlnya disesuaikan dengan masa putaranitu.
Contoh :
Bulan pertama             3 hari
Bulan kedua                5 hari
Bulan ketiga                7 hari
Bulan keempat            3 hari
Bulan kelima               5 hari
Bulan keenam             7 hari
Bulan ke 7 sampai ke 9 ia mengalami istihadhoh, maka nya adalah :
Bulan kesembilan        3 hari
Bulan kesepuluh          5 hari
Bulan kesebelas           7 hari.

b.      jika adatnya terjadi 2 putaran, namun tidak berurutan. Dan ia masih ingat lama masa haidl terakhir yang ia alami sebelum istihadhoh, maka haidlnya disesuaikan dengan bulan terakhir sebelum istihadhoh[9].
Contoh :
Bulan I sampai bulan ke III                : 3,5,7
Bulan IV sampai bulan ke VI             : 3,7,5
Kemudian istihadhoh beberapa bulan.Maka nya setiap bulan adalah 5 hari.


c.       Jika adatnya terjadi 2 putaran tapi ia lupa adat putaran haidl  dan masa  yang terakhir sebelum istihadhoh, namun ia masih ingat jumlah  haidl sebelumnya.

Contoh :
Putaran I (bulan I sampai bulan III)   3,5,7
Putaran II (bulan IV sampai bulan VI) 3,7,5
Kemudian mulai bulan ke VII mengalami istihadhoh, dan ia lupa adat putaran  haidl sebelumnya, maka ia di wajibkan mandi dalam satu bulanya 3 kali yaitu :
Mandi pertama di akhir hari ke 3
Mandi kedua di akhir hari ke 5
Mandi ketiga di akhir hari ke 7
Dan diantara mandi pertama sampai mandi yang terakhir, ia harus hati-hati dengan tetap melakukan sholat sebagai layaknya orang yang suci. Dan tidak boleh melakukan hubungan pasutri serta baca alqur’an seperti layaknya orang yang mengalami haidl [10].
  1.   Adat tidak mencapai dua putaran
a.      Jika adatnya tidak sampai terjadi 2 kali putaran, dan ia masih ingat masa terakhir haidl  sebelum istihadhoh seperti contoh :
Contoh :
Bulan I       3 hari
Bulan II      5 hari
Bulan III    7 hari
Kemudian mulai bulan ke IV sampai beberapa bulan ia mengalami istihadhoh, antara darah kuat dan darah lemah tidak bisa dibedakan (satu warna), atau dapat dibedakan (lebih dari satu warna), tetapi tidak memenuhi 3 syarat mumayizah. Dan ia hanya ingat masa haidl terakhir sebelum istihadhoh. Maka setiap bulan haidlnya adalah 7 hari (masa  sebelum istihadhoh).

b.      Jika adatnya tidak sampai terjadi dua putaran, dan ia lupa masa  haidl yang terakhir sebelum istihadhoh namun ia masih ingat jumlah  haidl sebelumnya, seperti :
Contoh :
Bulan I       3 hari
Bulan II      5 hari
Bulan III    7 hari
Kemudian mulai bulan ke IV mengalami istihadhoh, dan ia lupa adat putaran haidl sebelumnya, termasuk masa haidl terakhir sebelum istihadhoh. Maka ia diwajibkan mandi dalam satu bulanya 3 kali yaitu :
Mandi pertama di akhir hari ke 3
Mandi hari ke dua di akhir hari ke 5
Mandi hari k tiga di akhir hari ke 7.

05.     MUSTAHADLOH MU’TADAH GHOIRU MUMAYYIZAH NASIYAH LI’ADATIHA QODRON WA WAKTAN
          Yaitu wanita yang sudah pernah mengalami haidl dan suci, kemudian ia mengeluarkan darah melebihi batas maximal haidl (15 hari 15 malam). Serta antara darah kuat dan lemah tidak bisa di bedakan (satu warna), atau bisa dibedakan (lebih dari satu warna) akan tetapi tidak memenuhi 3 syarat mumayyizah, dan dia lupa kebiasaan mulai dan lama haidl yang pernah dia alami.
          Mustahadloh ini juga dikenal mutahayyiroh/muhayyiroh. Maksudnya ia dalam keadaan kebingungan. Sebab hari-hari yang ia lalui mungkin haidl dan mungkin suci. Sehingga ia dihukumi sebagaimana perempuan yang haidl dalam masalah-masalah sebagai berikut :
          Haram baginya untuk :
1.      Bersentuhan kulit dengan suaminya pada anggota yang berada diantara pusar dan lutut.
2.      Membaca alqur’an diluar sholat.
3.      Menyentuh alqur’an.
4.      Membawa alqur’an
5.      Berdiam diri dimasjid selain untuk ibadah yang tidak dapat dikerjakan diluar masjid.
6.      Lewat masjid jika khawatir darahnya akan menetes dimasjid.

Dan dia dihukumi sebagaimana orang suci, dalam masalah :
1.      Sholat fardlu ataupun sunnah.
2.      Thawaf fardlu ataupun sunnah.
3.      Puasa fardlu ataupun sunnah.
4.      I’tikaf.
5.      Thalaq.
6.      Mandi[11].
          Bila sama sekali tidak ingat waktu berhentinya haidl yang pernah ia alami, maka dia wajib mandi setiap akan melakukan ibadah fardlu yang mensyaratkan harus suci setelah masuknya waktu. Dan jika hanya ingat berhentinya saja maka ia wajib mandi ketika itu saja, dan untuk selanjutnya cukup wudlu saja[12].

          Mustahadloh mutahayyiroh adakalanya yang mutlak (ihtiyath/berhati-hati dalam masa yang tak terbatas) dan adakalanya yang muqayyad (wajib ihtiyath dalam masa sekitar 15 hari). Sedangkan yang dimaksud mutahayyiroh dalam bab ini adalah mutahayyiroh mutlak.

Mustahadloh mutahayyiroh terbagi menjadi 2 bagian :

  1. Mutahayyiroh yang tidak ingat waktu berhentinya darah.
          Apabila wanita ini tidak ingat sama sekali waktu berhenti (putus)nya darah haidl pada bulan-bulan sebelum istihadhoh, maka setiap akan menjalani sholat fardlu ia wajib mandi (lima kali dalam sehari).

Contoh :
Seorang wanita pernah mengalami haidl dan suci, tapi ia tidak ingat lama dan mulainya haidl yang pernah dialami dan juga tidak ingat waktu berhentinya darah haidl yang pernah dialami, mengeluarkan darah istihadhoh sebagai berikut :
Darah dengan satu warna dan satu sifat
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20   21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  40  50  70  90  100
Maka   : (15/m              85                )
                t          mutahayyiroh

Keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobbush (t), karena darah yang keluar dalam masa 15 hari awal ada kemungkinan haidl. Setelah genap 15 hari darah belum juga berhenti,berarti mengalami istihadhoh. Oleh sebab itu setelah genap 15 hari wajib mandi, dan 15 hari yang telah lewat ada kemungkinan suci.
·         85 hari selanjutnya wajib ihtiyat atau berhati-hati. Tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a), karena ada kemungkinan masa suci. Ia wajib menjauhi hal-hal yang diharamkan bagi wanita yang sedang haidl, karena darah yang keluar ada kemungkinan darah haidl. Dan setiap akan menjalankan sholat fardlu wajib mandi ( = 5x 85 ).
Sedangkan metode ibadah puasa romadlonya adalah sebagai berikut :
ü  Puasa satu bulan penuh di bulan romadlon ( 29 atau 30 hari )
ü  Puasa 30 hari secara terus menerus.
ü  Qodlo’ puasa 2 hari.
Dengan metode diatas hasilnya adalah :
ü Romadlon 29 hari :
29 - 16 = 13 hari ( puasa yang diyakini syah )
30 – 16 = 14 hari ( puasa yang diyakini sah )
Jumlah = 27 hari, berarti juga mempunyai hutang sholat

ü Romadlon 30 hari :
30 – 16 = 14 hari ( puasa yang diyakini sah )
30 – 16 = 8 hari ( puasa yang diyakini sah )
Jumlah = 28 hari, berarti juga mempunyai hutang puasa 2 hari.

Keterangan :
Maximalnya  adalah 15 hari 15 malam. Apabila dihitung mulai 1 romadlon, maka genapnya 15 hari 15 malam adalah malam 16 romadlon. Dan apabila dihitung mulai tanggal satu siang, maka genapnya 15 hari 15 malam adalah tanggal 16 romadlon siang, oleh sebab itu puasa yang rusak ( tidak sah ) adalah 16 hari. Dari dua kemungkinan diatas yang digunakan sebagai ketetapan adalah kemungkinan kedua ( puasa rusak 16 hari ).

ü Qodlo’ puasa 2 hari
  1.   1   2   3…………………………16   17   18
Keterangan : 3 hari puasa, 12 hari tidak puasa, 3 hari puasa lagi.

          jika mulai haidlnya sebenarnya terjadi pada puasa ke 1, maka hukum haidl akan berakhir pada puasa ke 4 (hari ke 16), sehingga puasa yang  ke 5 (hari ke 17) dan ke 6 (hari ke 18) di hukumi sah, karena jarak antara puasa ke 1 dan puasa ke 4 ada jarak yang memisah sebagai maksimal masa haidl 15 hari.

         
  1. Mutahayyiroh yang ingat waktu berhentinya darah          
          Mustahadloh mutahayyiroh yang ingat kebiasaan berhenti (putus)nya darah haidl pada bulan-bulan sebelum istihadhoh diperinci lagi sebagai berikut :

  1. Darah berhenti di siang hari
          Jika wanita ini masih ingat bahwa biasanya darah haidl yang pernah ia alami berhenti disiang hari, maka ia wajib mandi sekali dalam sehari semalam, yaitu waktu siang. Sedangkan metode puasanya sama dengan metodenya wanita yang tidak ingat waktu berhentinya darah, yaitu :
ü  Puasa 1 bulan penuh di bulan romadlon ( 29 atau 30 hari )
ü  Puasa 30 hari terus menerus
ü  Qodlo’ puasa 2 hari

Contoh :
Seorang wanita yang pernah mengalami haidl dan suci, tidak ingat lama dan mulainya haidl yang pernah ia alami, namun masih ingat bahwa biasanya haidlnya berhenti di siang hari, mengeluarkan darah istihadhoh sebagai berikut :

DARAH KUAT
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  1213  14  15  16  17  18  19 20 
DARAH LEMAH
21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  40  50  60  70  80
Maka   : (15/m            80           )       
                t        mutahayyiroh

Keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobbush, dan setelah genap 15 hari darah belum berhenti, berarti mengalami istihadhoh. Oleh sebab itu ia wajib mandi, dan 15 hari yang telah lewat ada kemungkinan  dan ada kemungkinan suci.
·         85 hari selanjutnya wajib ihtiyath atau berhati-hati. Ia tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a), karena ada kemungkinan masa suci.  Ia juga wajib menjauhi hal-hal yang diharamkan bagi wanita yang sedang haidl, karena darah yang keluar ada kemungkinan haidl, dan setiap siang hari wajib mandi (= 1x85).

  1. Darah berhenti di malam hari
          Jika wanita ini masih ingat bahwa biasanya darah haidl yang pernah dialami berhenti dimalam hari, maka ia wajib mandi sekali dalam sehari semalam, yaitu di malam hari, sedangkan metode puasanya adalah sebagai berikut :
ü  Puasa 1 bulan penuh di bulan romadlon (29 hari atau 30 hari )
ü  Puasa 30 hari terus menerus
Dengan metode diatas hasilnya adalah :

ü Romadlon 29 hari
29 – 15 = 14 hari ( puasa yang diyakini sah )
30 – 15 = 15 ( puasa yang diyakini sah )
Jumlah = 30 hari

ü Romadlon 30 hari
30 – 15 = 15 ( puasa yang diyakini sah )
30 – 15 = 15 ( puasa yang diyakini sah )
Jumlah = 30 hari

Keterangan :
   Jika kebiasaan haidl nya berhenti di waktu malam, maka untuk masa 1 bulan (29/30) puasa  yang batal maximal 15 hari .Oleh sebab itu dengan menggunakan metode diatas puasanya sudah cukup tidak ada yang perlu di qodlo’ lagi.


06.     MUSTAHADLOH MU’TADAH GHOIRU MUMAYYIZAH DZAKIROH LI ‘ADATIHA QODRON LA WAKTAN.
          Yaitu wanita yang sudah mengalami haidl dan suci. Kemudian ia mengeluarkan darah melebihi batas maximal (15 hari 15 malam ). Darah yang keluar tidak bisa dibedakan antara darah kuat dan darah lemah (satu warna ), atau bisa dibedakan ( lebih satu warna ) akan tetapi darah tersebut tidak menetapi 3 syarat mumayyizah, dan ia hanya ingat kebiasaan lama masa haidl, akan tetapi dia lupa kapan mulainya[13].
Hukumnya :
Hari yang diyakini haidl                   : haidl
Hari yang diyakini suci                     : suci
Hari yang mungkin keduanya         : wajib ihtiyah (berhati hati)

          Untuk bulan pertama istihadhoh, massatarobbushnya dan mandi wajibnya menanti sampai genap 15 hari 15 malam (awal) ada kemungkinan haidl.Sedangkan untuk bulan kedua, ketiga dan seterusnya wanita ini harus menyesuaikan dengan ketentuan hukum diatas, yaitu :
ü   Pada massa yang diyakini masa haidl, ia wajib tarobbush, dan setelah masa yang diyakini haidl sudah genap, wajib mandi.
ü  Pada masa yang diyakini masa suci, ia wajib menjalankan ibadah seperti sholat/puasa dan halal berhubungan badan dengan suami, membaca alqur’an dan lain-lain.
ü  Pada masa mungkin keduanya, ia wajib ihtiyath (berhati-hati) sebagaimana mutahayyiroh. Artinya ia wajib mejalankan ibadah-ibadah fardlu seperti sholat/puasa romadlon dan wajib menjauhi hal-hal yang diharamkan bagi wanita yang sedang, yaitu haram membaca alqur’an diluar sholat, berhubungan badan dll.

Contoh :
Seorang wanita yang pernah mengalami haidl, masih ingat bahwa kebiasaan lamanya haidl adalah 5 hari pada 10 hari pertama, namun tidak ingat mulainya haidl. Dia hanya ingat bahwa hari pertama dan hari ke 11 s/d 30 dia dalam keadaan suci. Kemudian mengeluarkan darah istihadhoh sebagai berikut :


Darah dengan satu warna dan satu sifat
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16  17  18  19  20   21  22  23  24  25  26  27  28  29  30    1   2  3  4  5  6   7  8  9  40  1  2  3  4  5  6  7  8  9 50  1  2  3  4  5  6  7  8  9  60
Maka   : (15/m  15    1     4/m   1    4    20)
                t         a     a    m       t     m    a

Keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobbush (t), dan setelah genap 15 hari darah belum berhenti,maka berarti mengalami istihadhoh,dan yang dihukumi haidl adalah  5 hari ( antara hari ke 2 sampai dengan hari ke 10 karena hari ke 1 dihukumi yaqin suci). Oleh sebab itu ia wajib mandi dan selanjutnya menjalakan ibadah secara ada’ (a). sedangkan sholat fardlu yang ditinggalkan selama tarobbush selain yang dihukumi  wajib untuk diqodlo’, yaitu 10 hari.
·         16 (15+1) tambahan satu hari ini adalah juga di hukumi yaqin suci sebagaimana 15 hari pertama) termasuk darah istihadhoh, karena darah yang keluar pada masa yang diyakini masa suci. Oleh sebab itu, ia tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).
·         4 hari selanjutnya mungkin masa suci mungkin masa mulainya, oleh sebab itu ia harus berhati-hati selayaknya wanita mutahayyiroh (m).
·         1 hari selanjutnya diyakini masa, oleh sebab itu ia wajib tarobbush. Jika  5 hari mulai hari ke 2, 3, 4, 5 atau 6, maka hari keenam tetap termasuk  dengan demikian hari ke 6 adalah satu-satunya hari yang dipastikan, dan setelah genap sehari semalam,wajib mandi (  /m).
·         4 hari selanjutnya mungkin masa suci dan mungkin masa berhentinya. Oleh sebab itu ia tetap berhati-hati selayaknya wanita mutahayyiroh (m), jika seandainya  mulai hari ke 2, maka akan selesai hari ke 6, jika mulai hari ke 4, maka akan selesai hari ke 8
dan seterusnya. Karena hari ke 7, 8, 9, dan 10 ada kemungkinan waktu berhentinya, maka  setiap hari wajib mandi sekali, yaitu pada waktu kemungkinan putusnya darah .
·         20 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh, maka tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).


07.     MU’TADAH GHOIRU MUMAYYIZAH DZAKIROH LI’ADATIHA WAKTAN LA QODRON
          Yaitu wanita yang sudah pernah haidl dan suci, kemudian ia mengeluarkan darah yang melebihi batas maximal  (15 hari 15 malam), serta antara darah lemah dan kuat tidak bisa di bedakan (satu warna) atau bisa dibedakan (lebih dari satu warna), akantetapi tidak menetapi 3 syarat mumayyizah. Dan ia hanya ingat kebiasaan waktu mulainya haidl, tapi ia lupa kebiasaan lamanya haidl, sebelum istihadhoh.
Hukumnya :
Hari yang diyakini                            : haidl
Hari yang diyakini suci                     : suci
Hari yang mungkin keduanya         : wajib ihtiyath seperti mutahayyiroh[14].

ü  Pada massa yang diyakini masa haidl, ia wajib tarobbush, dan setelah masa yang diyakini  sudah genap, wajib mandi.
ü  Pada masa yang diyakini masa suci, ia wajib menjalankan ibadah seperti sholat/puasa dan halal berhubungan badan dengan suami, membaca alqur’an dan lain-lain.
ü  Pada masa mungkin keduanya, ia wajib ihtiyath (berhati-hati) sebagaimana mutahayyiroh. Artinya ia wajib menjalankan ibadah-ibadah fardlu seperti sholat/puasa romadlon dan wajib menjauhi hal-hal yang diharamkan bagi wanita yang sedang, yaitu haram membaca alqur’an diluar sholat, berhubungan badan dll.

Contoh :
Seorang wanita ini mengeluarkan darah sebagai berikut :
Darah dengan satu warna dan satu sifat
1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  1213  14  15  16  17  18  19  20   21  22  23  24  25  26  27  28  29  30  40  50  60
Maka   : (15/m  15   1/m  14    15)
                t         a     t       m     a

Keterangan :
·         15 hari pertama wajib tarobbush (t), dan setelah genap 15 hari darah belum berhenti, berarti ia mengalami istihadhoh, oleh sebab itu ia wajib mandi, dan selanjutnya menjalankan ibadah secara ada’. Sedangkan sholat fardlu yang ditnggalkan selama masa selain yang dihukumi  wajib di qodlo’ .
·         15 hari selanjutnya termasuk darah istihadhoh, karena keluar pada masa yang dihukumi masa suci. Oleh sebab itu ia tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).
·         1 hari selanjutnya diyakini sebagai masahaidl, oleh sebab itu ia wajib tarobbush (t). karena ia yakin bahwa haidl mulai hari pertama, maka hari pertama (bulan ke 2) dihukumi  secara yaqin. Dan setelah genap sehari semalam, wajib mandi ( /m).
·         14 hari selanjutnya mungkin masa suci mungkin masa haidl. Karena hari ke 15 ada kemungkinan haidl dan ada kemungkinan suci. Oleh sebab itu ia harus berhati-hati selayaknya wanita mutahayyiroh (m). Dan antara hari ke 2 s/d hari ke 15, setip hari ia wajib mandi satu kali, yaitu pada waktu kemungkinan berhentinya darah  yang pernah dialami.
·         15 hari selanjutnya termasuk istihadhoh. Haidl  yang berkemungkinan hari pertama sampai hari ke 15. Dengan demikian hari ke 16 sampai 15 hari selanjutnya hukumnya istihadhoh. Oleh sebab itu ia tetap wajib menjalankan ibadah secara ada’ (a).



[1] Sulaiman al-bujairami, hasyiyah al-bujairami ala al-manhaj juz :1 hal : 130, daru al-fikr Beirut
21Sulaiman al-bujairami, hasyiyah al-Bujairami ala al- khotib, juz : 1, hal : 341, daru al-fikr Beirut

[3] Husain bin mas’ud al-baghowi, al- Tahdzib, juz :1, hal : 447 daru al-kutub al-‘ilmiyyah
[4] Hasyiyah al-syarbini ala syarhi al-bahjah, juz : 1,hal : 593daru al-kutub al-‘ilmiyyah
Hasyiyah al-syarbini ala syarhi al-bahjah, juz : 1,hal : 586-587 daru al-kutub al-‘ilmiyyah
Zakariya bin Muhammad al-Anshori al- ghuror al-bahiyah ma'a Hasyiyah al-syarbini, juz :1, hal : 582 daru al-kutub al-‘ilmiyyah
[5] Muhyiddin yahya bin syarof al-Nawawi, roudloh al-Tholibin, juz : 1, hal : 142 al-maktab al-islami beirut
[6] Jalaluddin Muhammad bin ahmad al-mahally, syarhu al-minhaj hamisyi hasyiyah al-qulyubi, juz 1, hal : 105 daru al-kutub ihya’ al-‘arobiyah
[7] Hasyiyah al-bajuri, juz : 1, hal : 111 daru al-kutub ihya’ al-‘arobiyah
Muhyiddin yahya bin syarof al-Nawawi, roudloh al-Tholibin, juz : 1, hal : 151 al-maktab al-islami Beirut
Zakariya bin muhammad al-anshori, al-ghuror al-bahiyah, juz : 1, hal : 605-607  daru al-kutub al-‘ilmiyyah
[8] Zakariya bin muhammad al-anshori, syarhu al-tahrir hamisy hasyiyah al-syarqowi, juz : 1, hal : 154-155, al-haromain
[9] Zakariya bin muhammad al-anshori, syarhu al-tahrir hamisy hasyiyah al-syarqowi, juz : 1, hal : 155, al-haromain
[10] Sulaiman bin umar al-jamal, hasyiyah al-jamal syarkhul manhaj, daru al-fikr beirut
[11] Sulaiman al-bujairami, hasyiyah al-bujairami ala al-manhaj,  daru al-fikr beirut
[12] Ibrohim al-bajuri, al-bajuri hasyiyah fathul al-qorib, juz : 1, hal : 111, daru ihya’ al-kutub al-‘arobiyah indonesia
[13] Sulaiman al-bujairami, hasyiyah al-bujairami ala al-khotib, juz  : 1, hal : 349-350  daru al-fikr beirut
[14] Sulaiman al-bujairami, hasyiyah al-bujairami ala al-khotib, juz  : 1, hal : 349-350  daru al-fikr beirut